Sunday, 16 October 2016


Olah Limbah Greywater Dengan Murah dan Mudah
oleh Albertus Yuda Pratama
Universitas Pembangunan Jaya 


Pendahuluan
Limbah cairan merupakan buangan atau bekas yang berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia yang susah untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit kolera,disentri, tipus dan sebagainya. Agar tidak menimbulkan berbagai macam penyakit dan mengurangi air limbah tersebut harus diolah. Di Indonesia sekitar 80% limbah yang mencemari sungai adalah dari limbah greywater.

Terdapat dua macam limbah air rumah tangga. Yang pertama adalah greywater. Greywater merupakan limbah hasil sisa detergen, limbah dari dapur dan limbah bekas mandi. Limbah greywater atau juga sering disebut atau limbah nonkakus. Limbah air yang kedua adalah blackwater. Blackwater merupakan limbah yang berasal dari kotoran manusia.
Beberapa ahli sanitasi menambahkan satu kategori lagi untuk limbah tetesan AC dan kulkas sebagai clearwater. Dalam kehidupan sehari-hari, clearwater umumnya tidak berjumlah banyak, terutama dari kulkas, sehingga sulit diolah untuk dimanfaatkan kembali. Tetesan AC jumlahnya agak lebih banyak dan bila ditampung dalam wadah dapat langsung digunakan untuk keperluan bersih-bersih, misalnya cuci piring atau pakaian.

Umumnya, orang membuang limbah greywater langsung ke selokan yang ada di depan rumah tanpa diolah terlebih dahulu, akibatnya sungai yang menjadi tempat bermuaranya selokan tercemar, warnanya menjadi coklat dan mengeluarkan bau busuk. Selain itu greywater  bisa menyebabkan ikan-ikan mati. Zat-zat polutan yang terkandung di dalam limbah juga bisa menjadi sumber penyakit seperti kolera, disentri, dan berbagai penyakit lain. Ada sebuah contoh  di kota London tahun 1848 dan 1853. Pada jaman tersebut terjadi wabah kolera yang menewaskan 10.000 penduduk di sekitar sungai Themes.Ternyata wabah itu disebabkan sungai Themes tercemar limbah rumah tangga.










Dampak Limbah Air

Tingkat pencemaran air sungai di berbagai daerah di Indonesia sangat tinggi. Sepanjang tahun 2010 terjadi 79 kasus pencemaran lingkungan yang mencemari 65 sungai di Indonesia. Pada tahun 2008 Asian Development Bank pernah menyebutkan pencemaran air di Indonesia menimbulkan kerugian sekitar Rp 45 triliun per tahun, termasuk kerugian di bidang pariwisata. Pemerintah telah berupaya membuat Indonesia menjadi tempat pariwisata, namun kondisi lingkungan masih tidak mendukung. Apalagi, sumber air untuk kebutuhan kita sehari-hari selama ini berasal dari sungai-sungai tersebut. Salah satu sumber pencemar terbesar sungai-sungai di Indonesia adalah limbah rumah tangga (blackwater dan greywater). Greywater (limbah rumah tangga ringan) berasal dari air bekas cucian peralatan rumah tangga, seperti peralatan makan, pakaian, dan lain-lain. “Sedikitnya 1,3 juta meter kubik limbah cair rumah tangga dari 22 juta penduduk Jabodetabek dialirkan ke sungai, belum termasuk penduduk di daerah perkotaan lain” (Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Jakarta, 2010).
           
Di beberapa wilayah di Indonesia seperti Jakarta Timur dan Jakarta Utara, air bersih sudah menjadi barang langka. Tidak hanya di Jakarta, kelangkaan air bersih sekarang ini menjadi salah satu masalah di dunia. Kenaikan jumlah penduduk membuat kebutuhan air semakin meningkat. Menurut National Water Company, rata-rata orang di rumah menggunakan sekitar 1600 liter per hari untuk berbagai kebutuhan. Tiga kebutuhan air terbesar dalam rumah tangga adalah untuk menyiram tanaman, mandi, dan mencuci.

Mengolah Grey Water

Berbeda dengan blackwater, greywater tidak dapat dibuang ke septic tank karena kandungan detergen dapat membunuh bakteri pengurai yang dibutuhkan septic tank. Karena itu, diperlukan pengolahan khusus yang dapat menetralisasi kandungan detergen dan juga menangkap lemak. Cara yang paling sederhana mengatasi pencemaran greywater adalah dengan menanami selokan dengan tanaman air yang bisa menyerap zat pencemar. Tanaman yang bisa digunakan, antara lain jaringan, Pontederia cordata (bunga ungu), lidi air, futoy ruas, Thypa angustifolia (bunga coklat), melati air, dan lili air. Cara ini sangat mudah, tapi hanya bisa menyerap sedikit zat pencemar dan tak bisa menyaring lemak dan sampah hasil dapur yang ikut terbuang ke selokan.   
Cara yang lebih efektif adalah membuat instalasi pengolahan yang sering disebut dengan sistem pengolahan air limbah (SPAL). Dengan bahan yang dibutuhkan yakni seperti bahan yang murah meriah sehingga mudah untuk didapatkan. Instalasi SPAL terdiri dari dua bagian, yaitu bak pengumpul dan tangki resapan. Di dalam bak pengumpul terdapat ruang untuk menampung sampah yang dilengkapi dengan kasa 1 cm persegi, ruang untuk penangkap lemak, dan ruang untuk menangkap pasir. Tangki resapan dibuat lebih rendah dari bak pengumpul agar air dapat mengalir lancar. Di dalam tangki resapan ini terdapat arang dan batu koral yang berfungsi untuk menyaring zat-zat pencemar yang ada dalam greywater.

Cara kerja Grey Water

Air bekas cucian atau bekas mandi dialirkan ke ruang penangkap sampah yang telah dilengkapi dengan saringan di bagian dasarnya. Sampah akan tersaring dan air akan mengalir masuk ke ruang di bawahnya. Jika air mengandung pasir, pasir akan mengendap di dasar ruang ini, sedangkan lapisan minyak karena berat jenisnya lebih ringan akan mengambang di ruang penangkap lemak.Air yang telah bebas dari pasir, sampah, dan lemak akan mengalir ke pipa yang berada di tengah-tengah tangki resapan.
Bagian bawah pipa tersebut diberi lubang sehingga air akan keluar dari bagian bawah. Sebelum air menuju ke saluran pembuangan, air akan melewati penyaring berupa batu koral dan batok kelapa. Beberapa kompleks perumahan seperti Lippo Karawaci dan hampir semua apartemen telah memiliki instalasi pengolah limbah greywater yang canggih dan modern. Greywater yang telah diolah akan digunakan lagi untuk menyiram tanaman, mengguyur kloset, dan untuk mencuci mobil. Di Singapura dan negara-negara maju, greywater bahkan diolah lagi menjadi air minum. 




Pencapaian Saat Ini

Pada saat ini masih jarang rumah yang memakai teknologi greywater. Padahal teknologi ini bisa dibilang sangat murah dan barang-barng yang digunakan juga mudah untuk didapat.
Kebanyakan masyarakat masih tidak memperdulikan limbah yang berasal dari rumah tangga, padahal hal tersebut bisa membahayakan lingkungan sekitar.

Kesimpulan

Masyarakat belum sadar akan pentingnya menjaga lingkungan agar tetap bersih dari limbah, terutama pada limbah air greywater. Harus ada sosialisasi dari pemerintah agar masyarakat mengerti tentang bahaya limbah rumah tangga dan juga masyarakat bisa mengetahui bahwa menggunakan teknologi greywater murah dan mudah. Kita harus mengintip ke negara singapura yang sudah bisa mengolah limbah grey water  menjadi air minum. Seharusnya setiap rumah tangga harus memiliki teknologi untuk menyaring limbah greywater mengingat sungai di Indonesia sudah sangat tercemar oleh limbah greywater.







Daftar pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Limbah_hitam dikutip tanggal 3 oktober 2016